“Lupa” Menjadi Penyakit Yang Niscaya
Kamis, 27 Maret 2014
0
komentar
Pemilihan Legislatif sebentar lagi akan digelar, peta demokrasi rakyat untuk memilih wakilnya menjadi euphoria yang
besar dan hangat. Berbagai kalangan datang dan mencalonkan diri untuk menjadi
wakil rakyat.
Ini baik sekali untuk kematangan
berdemokrasi di Negara kita, dimana sangat banyak partisipan, bahkan dari
berbagai kalangan dan profesi.
Amanah,.. jika kita menterjemaahkan
kata tersebut sangatlah indah, akan tetapi untuk bisa mengimflementasikan nya
ini sangat berat dan sulit. Banyak dari wakil wakil rakyat kita yang sangat
jelas menghianati amanah tersebut, bahkan ini sudah bukan merupakan rahasia umum
lagi.
Kendati demikian kita sangat
keliru seandainya terlalu dini memvonis serta menjustifikasi seluruhnya, itu
hanya sebagian yang bisa di katakana oknum. Semua partai berlomba lomba meraih
simpati rakyat, dengan berbagai cara mereka lakukan.Tentunya saat ini rakyat
kita sudah sangat melek politik, walaupun tak sedikit dari mereka masih tetap
menjadikan moment ini sebagai ajang untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Merekapun tidak selantasnya
seperti itu, sebab mereka berfikir seandainya sudah menjadi wakilpun”Lupa” menjadi penyakit yang niscaya.
Mosi ketidakpercayaan
masyarakat terhadap wakilnya tak bisa
disalahkan begitu saja, mengapa ?? itu sudah mafhum, media masa serta media
social yang sangat gencar dan sealalu memberitakan setiap peristiwa dengan
cepat, tak pelak membuat rakyat kita
melek serta melihat dan merasakan realitas wakilnya kekinian.
Penomena kekinian tersebut
beralih menjadi sebuah isu sentral, seperti hadirnya wakil rakyat dari berbagai
kalangan dan profesi bahkan kelas social, walaupun secara umum tidak ada, tetapi
pengkotakan kelas sosial sudah sangat menjelaskan. Partisipasi aktip dari semua
kalangan tersebut melambangkan satu kemajuan pola berfikir dan wawasan kebangsaan dan geliat
social, kendati banyak menyisakan berbagai pertanyaan.
Sebenarnya masyarakat kita sudah
sangat merindukan wakil wakilnya yang konsisten dan jujur untuk memperjuangkan
asfirasinya, kesadaran masyarakat untuk memilih wakilnya sangatlah tinggi
walaupun mereka terkadang kecewa ketika wakil yang dipilihnya masih banyak berdiam diri ketika menyaksikan
asfirasinya yang terbengkalai.
Ini fakta yang tak bisa dipungkiri,ini
realita yang selalu menghiasi mata dan pendengaran kita. Wakil rakyat
seharusnya memegang teguh amanat rakyatnya,bukan hanya sekedar berjuang dengan
cara menghambur hanburkan uang sesaat untuk dipilih,lalu setelah terpilih
lupa,bahkan mengeruk uang rakyat.Rakyatpun sudah merindukan sosok wakilnya yang
ideal,ini merupakan pekerjaan rumah para calon saat ini,untuk bisa duduk
seperti yang diharapkan rakyat.
Ini adalah amanah,bukan
kekuasaan,sehingga ketika amanah ini tak berjalan dengan baik,sudah otomatis
pemberi amanah tak akan menitipkanya kembali. Rakyat memilih wakilnya bukan
hanya keinginan untuk berjalan ke TPS dan menyempatkan untuk hiburan semata, kesigapan
rakyat berjalan ke tempat pemungutan suara itu membawa sebuah semngat dan
harapan besar, dengan kata lain,ditangan orang yang dipilihnya itu nasib mereka
di tentukan, ini harus difikirkan baik baik,jangan sampai rakyat kecewa
lagi,jangan sampai amanah itu terhianati lagi.
Sebaiknya para caleg yang akan
bertanding april nanti lebih mempunyai kapabilitas mumpuni untuk duduk menjadi
wakil rakyat.Bukan berarti setelah duduk tak peka terhadap apa yang di inginkan
rakyatnya,bukan berarti juga meninggalkan dulu rakyatnya sebelum berniat
mencalonkan kembali.
Sudah saatnya memang, rakyat terwakili
untuk penyampaian aspirasinya.
Siapapun orangnya tak ingin
menjadi pegawai rendahan,kalau bisa menjadi pejabat bahkan jadi Presiden
sekalian, tetapi garisan tangan sudah ditentukan sang pencipta.